Lembur

Again and again, another lembur untuk kesekian kalinya dalam bulan ini. Kehidupan pekerja kreatif di akhir tahun memang hampir selalu begini, dipenuhi lembur demi bonus tahunan di awal tahun baru nanti. Sudah hampir jam 9 malam saat aku merasakan pegal di kedua bahuku. Aku pun beranjak dari kursi dan melakukan sedikit peregangan untuk mengurangi rasa lelah.

Marsya, Account Executive, memandang ke arahku saat menyadari aku beranjak dari kursi.

“Kenapa?” kataku sambil menggoyangkan pinggang ke kiri-kanan.

“Udah kelar, Mbak?” tanyanya ragu.

“Belooomm…. Masih belum nemu nih gue siapa yang cocok buat jadi BA tahun depan.” Aku dan Marsya sedang mengerjakan plan marketing untuk brand kosmetik di tahun depan. Marsya menyusun budget untuk offline activity dan aku menyiapkan content strategy untuk seluruh digital asset yang dimiliki klien sekaligus mencari referensi Brand Ambassador baru untuk klienku ini, karena kontrak BA yang lama akan berakhir di Q1.

“Ah syukurlah, kirain udah kelar trus Mbak udah mau pulang.” Kebetulan memang hanya sisa kami berdua di kantor ini, jadi wajar saja Marsya takut aku akan pulang duluan dan meninggalkannya sendirian di ruangan.

Aku pun melihat jam tanganku, angka 9.07 terlihat di sana. “Jam 10 kelar gak kelar gue balik sih. Udah capek banget gue, meeting dari jam 9 tadi pagi. Lagian Raka mau jemput, gue udah terlanjur minta jemput jam 10, dia masih futsal sama anak-anak kantornya.”

“Ok, Mbak. Aku juga udah mau kelar sih.”

Setelah merasa lebih rileks, aku pun melanjutkan pekerjaanku. Scrolling Instagram dan Youtube, mencari sosok influencer atau artis baru yang cocok untuk jadi brand ambassador produk kosmetik milik klienku. Tidak mudah untuk menemukan yang cocok, apalagi dengan budget yang tidak ada perubahan dari tahun lalu sedangkan harga influencer sering kali naik tiap bulan—gak cukup tiap tahun, tapi tiap bulan.

“Ghe, aku udah kelar nih.” Pop-up notifikasi Whatsapp muncul di layar handphone-ku. Pesan dari Raka.

Segera kubalas pesannya, “Ok, aku beberes ya.”

Jarak dari lokasi Raka ke kantorku mungkin akan memakan waktu sekitar 15 menit. Jadi aku punya cukup waktu untuk membereskan barang-barangku yang berserakan di meja.

“Sya, gue udah mau dijemput nih. Lo gimana?” tanyaku.

“Aku udah selesai juga, Mbak. Aku save dulu terus siap-siap.”

Sepuluh menit kemudian aku dan Marsya sudah bersiap untuk turun ke lobi. Kantor kami ada di lantai 23, butuh waktu untuk sampai ke ground floor. Di dalam lift Marsya tiba-tiba bertanya, “Mbak, lo kepikiran buat nikah sama Mas Raka gak?”

“Ya kalo kepikiran doang sih ada, tapi action plan-nya belum. Kenapa?”

“Penasaran aja sih Mbak. Gue tuh takut Mbak, gak percaya sama pernikahan. Ortu gue pisah pas gue masih SMA, trus sekarang temen deket gue juga lagi proses buat pisah juga.

“Syaaa… so sorry to hear that ya.”

It’s okay, Mbak. Gue cuma jadi agak trauma aja.”

“Sya, yang gagal orang lain kenapa lo yang trauma? Justru harusnya lo jadiin ini learning, cari tahu apa yang bikin gagal dan siapin plan supaya lo gak ikutan gagal.” Kataku sungguh-sungguh sambil menepuk pundak kanan Marsya.

Lift terbuka dan kami pun melangkah keluar dari lift.

“Lo tuh emang ya Mbak, dasar planner semua harus ada learning dan rencana.”

“Iya dong! Plan klien aja gue pikirin sampe susah tidur, apalagi hidup gue sendiri. Gue tuh sadar banget Sya, kita itu bertanggung jawab sama diri sendiri dan setiap pilihan yang kita ambil bakal ada konsekuensinya. Udah direncanain aja masih sering gagal, apalagi kalo gak ada plan sama sekali.”

Marsya mengangguk-angguk mendengar perkataanku. Entah dia setuju atau mulai makin pusing dengan segala kerumitan pola pikirku.

Taksi warna biru yang dipesan Marsya sudah tiba di lobi. Dia pun berpamitan untuk pulang lebih dulu dan aku masih menunggu Raka yang mungkin sebentar lagi akan sampai.

Sembari menunggu otakku tiba-tiba memikirkan sesuatu, “Ya gimana mau bikin plan untuk nikah sama Raka, kalau objective dari menikahinya pun belum bisa ketemukan. Argh!

Sepertinya sampai rumah aku harus siap lembur lagi.

BACA JUGA: Bekal Makan Siang

Leave a comment