Monthly Archives: August 2020
Ruang Asing
Rasa percaya diriku masih sangat penuh ketika memasuki ruangan. Terdengar lagu-lagu romantis diputar untuk memeriahkan suasana. Seorang perempuan menyambutku, memberikan salam selamat datang. Aku masuk ke dalam ruangan, melihat senyum-senyum bahagia dari orang-orang yang tak kukenal.
Aku terus melangkahkan kaki, ikut mengantri pada barisan untuk bersalaman pada pemilik acara. Dua keluarga yang sedang berbahagia terlihat menyebar senyum dari posisiku berdiri saat ini. Di depanku, sepasang pria dan wanita bergandengan tangan mesra, sedang di belakangku ada ibu dan bapak setengah baya yang juga tak kalah mesra. Sedikit miris melihat mereka, karena saat ini aku sedang sendirian.
Kakiku terus melangkah hingga kini ada di hadapan para mempelai. Keduanya adalah orang-orang yang kukenal sejak beberapa tahun lalu. Kuucapkan selamat pada mereka lalu sang mempelai wanita mengucapkan terima kasih dan bertanya, “Are you okay?” Aku pun tersenyum dan mengangguk untuk menjawab pertanyaannya, kemudian terus melangkah turun ke panggung karena tak mau mengganggu antrian.
Kuedarkan pandangan, mencari orang-orang yang mungkin kukenal sehingga kami dapat berbincang sambil menikmati hidangan. Setelah beberapa saat, mataku menatap segera segerombolan orang. Mereka adalah teman-teman kuliahku, sama dengan kedua mempelai yang berbahagia dia panggung sana.
Kulangkahkan kakiku menuju ke arah sekumpulan orang yang kukenal itu. “Haiii…” sapaku.
“Eh, haiii…” Sebagian dari mereka menjawab dan menoleh ke arahku. Kemudian menyalami dan memelukku satu per satu sebagai tanda bahwa kami saling mengenal.
“Sendirian?” kata perempuan dengan rambut sebahu yang ada di sampingku.
“Iya,” balasku.
“I heard the the news,” kata pria jangkung yang berdiri di hadapanku. “Are you okay?” lanjutnya.
“I do fine. Thanks, Bro!” jawabku sambil memberikan senyum setulus mungkin. Mencoba menunjukkan bahwa jawabanku sesuai dengan keadaanku saat ini.
Suasana ini terasa begitu asing bagiku. Dulu, datang ke pesta pernikahan bersamamu terasa begitu menyenangkan. Kita akan saling menebar senyum di hapadan orang-orang yang kita kenal. Menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang hampir semuanya sama, “Kapan nyusul?” Tapi hari ini semua jadi beda, tidak lagi ada kamu di sampingku, jadi tidak ada pula pertanyaan itu lagi.
Aku pun baru sadar, ternyata duniaku terasa sangat asing tanpamu. Bertahun-tahun bersama, semua orang yang kukenal justru mencarimu saat hanya ada aku. Mereka bertanya bagaimana keadaanku, untuk sekadar berbasa-basi ingin tahu bagaimana aku bertahan hidup tanpamu.
Seandainya aku tahu apa alasan dari hancurnya hubungan kita, ingin sekali kuceritakan semua. Agar mereka mengerti dan memahami bahwa perpisahan juga butuh keberanian dan aku berani untuk menghadapinya.