Aku Merindukan Hal-hal yang Kubenci

Suara rintik hujan tiba-tiba terdengar, memaksaku melongok ke jendela di depan meja kerjaku. Jalanan sudah basah tersiram air, sesekali langit berkelap-kelip diiringi gemuruh. Mobil-mobil pun berjejer parkir di depan gedung kantorku.

Sepatu dan baju ganti sudah kusiapkan, harusnya hari ini sepulang kantor aku ngegym. Namun hujan dan rentetan deadline yang tiba-tiba datang membuatku belum juga bisa beranjak dari meja kerja. Sungguh hari yang kurang beruntung buatku. 

“Nggak pulang, Del?” tanya Keni, rekan setimku.

“Belum, orderan lagi banyak nih. Padahal lagi pengen ngegym, udah seminggu bolos,” jawabku sambil menggerutu.

“Yauda gue duluan ya. Mau nge-date!” ucapnya sambil tertawa lebar dan berlalu meninggalkanku.

Mendengar ucapannya, aku jadi teringat masa-masa sebelum dua bulan lalu. Bagiku tidak ada namanya lembur. Pulang tepat waktu adalah sebuah kewajiban. Karena aku lebih rela membuang waktu 2 jam dalam kemacetan demi duduk di bangku sebelah supir dan mendengarkan celotehmu. Kemacetan yang sering membuatku stres dan kelelahan kini justru menjadi hal-hal yang aku rindukan. Karena di sana ada kamu. Ada cerita yang kita rangkai bersama.

“Ray, aku rindu.”

– S-

Leave a comment